Kamis, 05 September 2013

percobaan Hukum Hess


Judul   : Percobaan 3 Hukum Hess
    II.            Tujuan :
1)      Mengetahui prinsip dari percobaan hukum Hess
2)      Membuktikan hukum hess pada perubahan entalpi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir sistem dan tidak bergantung jalannya reaksi.
 III.            Landasan Pemikiran
Banyaknya kalor yang dihasilkan dalam suatu reaksi kimia dapat diukur dengan menggunakan kalorimeter. Kalor dapat diukur dengan menggunakan jalan jumlah total kalor yang disetiap lingkungan kalor yang diserap air merupakan hasil dari perkalian antara massa, kalor jenis dan kenaikkan suhu, sedangkan kalor yang diserap komponen lingkungan lain yaitu tom, pengaduk, termometer, dan lain sebagainya. Merupakan hasil kali jumlah kapasitas kalor komponen-komponen ini dengan suhu. Dari sini dapat diketahui bahwa penjumlahan kalor dapat diterapkan melalui hukum Hess (Attkins, 1999).
Hukum Hess adalah sebuah hukum dalam kimia fisik untuk ekspansi Hess dalam siklus Hess. Hukum ini digunakan untuk memprediksi perubahan entalpi dari hukum kekekalan energi (dinyatakan sebagai fungsi dari keadaan DH).
Hukum Hess menyatakan bahwa besarnya entalpi dari suatu reaksi tidakditentukan oleh jalan atau tahap reaksi, tetapi hanya ditentukan oleh jalan atau tahap reaksi, tetapi hanya ditentukan oleh keadaan awal dan keadaan akhir suatu reaksi. Setelah itu hukum Hess juga menyatakan bahwa entalpi suatu reaksi merupakan jumlah total dari penjumlahan kalor reaksi tiap satu mol dari masing-masing tahap atau orde reaksi. Sehingga besarnya H dapat ditentukan hanya dengan mengetahui kalor reaksinya saja. Dasar dari hukum Hess ini adalah entalpi atau energi internal artinya bersaran yang tidak tergantung pada jalannya reaksi. Suatu reaksi kadang-kadang tidak hanya berlangsung melalui satu jalur akan tetapi bisa juga melalui jalur lain dengan hasil yang diperoleh adalah sama.
 IV.            Landasan Teori
Lavoiser dan Laplace mengenal bahwa kalor yang diabsorbsi dalam penguraian senyawa harus sama dengan kalor yang dilepaskan dalam pembentukkannya pada kondisi yang sama. Hess menunjukkan bahwa kalor dari reaksi kimia total pada tekanan tetap adalah sama tanpa memperhatikan tahap antara yang terjadi. Prinsip ini adalah kesimpulan dari hukum Termodinamika I dan sebagai akibat bahwa entalpi adalah suatu fungsi keadaan (Farrington, 1987).
Suatu hasil reaksi atau produks  dapat dihasilkan dengan berbagai cara reaksi. Hubungan antara ∆H dan jalannya reaksi dapat ditentukan dengan percobaan. Menurut Henry Hess atau hukum Hess “Apabila suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai penjumlahan aljabar dari dua reaksi atau lebih, maka kalor reaksinya juga merupakan penjumlahan aljabar dari kalor yang menyertai masing-masing reaksi tersebut”. Ia menyatakan bahwa jumlah aljabar panas reaksi yang dibebaskan atau diserap tidak bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir sistem tersebut. Hukum Hess secara praktis dapat diartikan bahwa jumlah entalpi reaksi total H dapat diperoleh dengan menjumlahkan entalpi reaksi antara entalpi awal reaksi dan entalpi akhir reaksiseperti halnya reaksi kimia pada umumnya.
Jika sebuah sistem bebas untuk mengubah volumenya terhadap tekanan luar yang tetap, perubahan energi dalamnya tidak lagi sama dengan energi yang diberikan sebagai kalor. Energi yang diberikan sebagai kalor diubah menjadi kerja untuk memberikan tekanan balik terhadap lingkungan. Pada tekanan tetap kalor yang diberikan sama dengan perubahan dalam sifat termodinamika yang lain dari sistem yaitu entalpi H (Atkins, 1999).
Hal yang menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung sekalipun tidak dapat diukur secara langsung. Caranya adalah dengan melakukan operasi aritmatika pada beberapa persamaan reaksi yang perubahan entalpinya diketahui. Persamaan-persamaan reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga penjumlahannya semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika suatu persamaan reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan satu angka, perubahan entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika persamaan dibalik, maka tanda perubahan entalpi juga harus dibalik (yaitu menjadi -DH) (Moree, 2005).
Salah satu manfaat hukum Hess adalah kita dapat menghitung entalpi suatu reaksi yang sangat sulit sekali diukur dilaboratorium. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan hukum Hess adalah
1)      Kita dapat mengkombinasikan beberapa reaksi yang telah diketahui  entalpinya untuk memperoleh entalpi reaksi yang kita cari.
2)      Kebalikan dari suatu reaksi mengakibatkan perubahan tanda entalpi, artinya jika suatu reaksi berjalan secara secara eksoterm maka kebalikan reaksi tersebut adalah endoterm dengan tanda entalpi yang saling berlawanan.
Dengan melakukan perubahan entalpi dari suatu reaksi kita terlebih dahulu harus memahami bahwa perubahan entalpi berbanding lurus dengan jumlah zat yang terlibat dalam reaksi berbalik. Konsep ini sangat berguna dalam memahami tentang hukum Hess ini (Attkins, 1999). 
Suatu reaksi kimia yang diinginkan dapat ditulis sebagai rangkaian banyak reaksi kimia. Jika seseorang mengetahui panas reaksi yang diinginkan dapat dihitung dengan menambahkan atau mengurangi panas dari masing-masing tahap.  Prinsip ini dimana panas reaksi ditambahkan atau dikurangi secara aljabar disebut hukum Hess mengenai penjumlahan panas konstan (Farington, 1987).
    V.            Alat dan Bahan

Alat :
No.
Nama Alat
Ukuran
Jumlah
1.
Silinder ukur
100 cm3
1
2.
Bejana plastik
200 cm3
3
3.
Gelas kimia
100 cm3
2
4.
Termometer
0 – 50 oC
1
5.
Neraca
-
1
6.
Bejana pendingin
-
1
Bahan :
No.
Nama Bahan
Ukuran
Jumlah
1.
NaOH padat
p.a.
4 gram
2.
Larutan HCl
0,5 M
100 cm3
3.
Larutan HCl
1 M
50 cm3
4.
Air suling (aquades)
-
50 cm3

 VI.            Prosedur Kerja
Reaksi 1
1)      Masukkanlah 100 cmlarutan HCl 0,5 M ke dalam kalorimeter (bejana plastik) dan catat suhunya dalam tabel pengamatan (sebagai suhu awal)
2)      Timbang 2 gram NaOH padat dan catat massanya dalam tabel pengamatan.
3)      Masukkan NaOH padat itu kedalam kalorimeter, guncangkan kalorimeter untuk melarutkan NaOH dan catat suhu mantap yang dicapai sesudah samua NaOH larut dalam tabel pengamatan (suhu akhir).
Reaksi 2a
Dengan cara yang sama seperti diatas, tentukan kenaikan suhu pada pelarutan 2 gram NaOH padat ke dalam 50 cmair.
Reaksi 2b
1)      Pindahkan larutan NaOH dari reaksi (2a) ke dalam suatu gelas kimia. Masukkan 50 cm3 larutan HCl 1 M ke dalam gelas kimia lain. Letakkan ke dua gelas kimia di dalam bejana berisi air sampai suhu ke dua larutan itu sama. Catat suhu itu dalam tabel pengamatan (sebagai suhu awal).
2)      Tuangkan kedua larutan ke dalam kalorimeter. Guncangkan kalorimeter dan catat suhu mantap yang dicapai dalam tabel pengamatan (sebagai suhu akhir).
VII.            Data Hasil Pengamatan dan Perhitungan
Jumlah NaOH yang digunakan
Reaksi 1
Reaksi 1
Reaksi 1
2 gram
2 gram
2 gram
Perubahan Suhu yang terjadi
Reaksi 1
Reaksi 1
Reaksi 1
t awal = 32 oC
t akhir = 40 oC
∆t = 8 oC
t awal = 32 oC
t akhir = 37 oC
∆t = 5 oC
t awal = 32 oC
t akhir =36 oC
∆t = oC
Jumlah kalor yang harus berpindah ke lingkungan
 agar suhu larutan turun sampai ke suhu awal
Reaksi 1
Reaksi 1
Reaksi 1
∆H per mol NaOH yang bereaksi
Reaksi 1
Reaksi 1
Reaksi 1
∆H1=
∆H2=
∆H3=
Hitunglah perbedaan antara ∆H1 dan (∆H+ ∆H3) dalam %.
VIII.            Pertanyaan-Pertanyaan dan Pembahasan
1)      Perhatikan kesalahan/ketidakpastian eksperimental dalam percobaan yang anda lakukan. Kemudian analisislah data yang didapat.
Jawaban:
Pada percobaan yang telah kami amati, ada banyak ketidakpastian yang dapat terjadi. Hasil percobaan kami sedikit melenceng sebesar 11,111%. Kami mengira ketidak pastian hasil pengamatan kami dikarenakan adanya ketidaktelitian pada saat pengukuran suhu, sehingga karena suhu yang kami ukur tidak akurat, maka data yang kami dapat tidak akurat karena seharusnya tidak ada perbedaan
2)      Buatlah diagram tingkat energi (tahapan reaksi) dari gabungan reaksi diatas.
Jawaban:
1.NaOH(s) + HCl(aq)                           NaCl(aq) + H2O(l)
2.a. NaOH(s) + H2O(l)                       NaOH(aq) + H2O(l)
2.b. NaOH(aq) + H2O(l) +HCl                  NaCl(aq) + 2H2O(l)
3)      Buatlah diagram siklus entalpi dari gabungan reaksi diatas.
Jawaban:
 IX.            Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa hasil dari percobaan belum bisa membuktikan berlakunya Hukum Hess. Akan Tetapi nilai perubahan entalpi dari percobaan pertama hanya selisih sedikit dari nilai perubahan entalpi dari penjumlahan percobaan 2a dan 2b.
Pada percobaan pertama diperoleh nilai perubahan entalpi sebesar .....J dengan persamaan reaksi:
1.      NaOH(s) + HCl(aq)NaCl(aq) + H2O(l)                                                ∆H = ....J
Penjumlahan dari percobaan 2a dengan 2b diperoleh nilai perubahan entalpi sebesar .....J. dengan persamaan reaksi:
2a.   NaOH(s) + H2O(l)                    NaOH(aq) + H2O(l)                    ∆H = -....... J
2b.  NaOH(aq) + H2O(l) +HCl                NaCl(aq) + 2H2O(l)           H = ........ J
Jadi sebenarnya Hukum Hess tetap berlaku, namun terjadinya perbedaan nilai perubahan entalpi pada keadaan akhir sistem berbeda dikarenakan beberapa faktor kesalahan.
Prinsip dari percobaan hukum Hess ini adalah pengukuran perubahan entalpi dengan menggunakan alat pengukur kalor yaitu calorimeter
Fungsi pengadukan pada reagen adalah untuk menaikkan suhu dari reagen-reagen tersebut, karena dengan adanya pengadukan (gesekan) dapat menaikkan suhu.
    X.            Saran
       Sebaiknya pada percobaan hukum Hess menggunakan bahan yang bebeda pada percobaan selanjutnya misal H2SO4 (asam kuat) dan KOH (basa kuat) agar hasil yang didapat lebih bervariasi, sehingga praktikan dapat membandingkan hasil yang didapat dan pengetahuan praktikan semakin bertambah. 

Daftar Pustaka
Attkins, P. W.. 1999. Kimia Fisik Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Fraington, dkk. 1987. Kimia Fisik. Jakarta: Erlangga
Moore, John. T. 2003. Kimia For Dummies. Indonesia: Pakar Jaya

0 komentar:

Posting Komentar